Perjalanan wisata bertemakan kembali ke alam atau back to nature memang tidak akan pernah membosankan. Hal itu akan kita jumpai bila berlibur di Pulau Dewata, Bali. Desa Campuhan namanya, terletak di wilayah Ubud, salah satu pusat wisata Bali yang sangat terkenal dengan ukiran dan lukisannya. Satu setengah jam perjalanan dari Bandara Ngurah Rai atau satu jam perjalanan dari Terminal Bus Antar Kota Ubung Denpasar, dengan mencarter kendaraan, maka kita akan sampai di desa yang tenang dan sejuk ini.
Jalan yang berkelok-kelok, sesekali dengan kelokan tajam
dan hamparan sawah bersusun menghijau di kejauhan akan
menyambut kedatangan kita di Ubud ini. Jalan menurun dan
menyeberangi Sungai Campuhan. Lembah ini menjadi ilham
tersendiri bagi seorang Antonio Blanco di hampir setiap
karya lukisnya. Lokasi ini sering dimanfaatkan oleh turis
lokal dan mancanegara untuk berfoto dengan latar belakang rumah sang maestro lukis. Rumah yang berdiri di pinggiran sungai dengan
air yang mengalir jernih.
Selepas jembatan Campuhan ini, maka akan mulai terasa denyut nadi sebuah
daerah wisata yang sangat terkenal.
Jalan raya Ubud sepanjang dua kilometer dengan sedikit membelah
bukit terasa sesak dengan kehadiran puluhan toko dan galeri yang
menjajakan beraneka pernik-
pernik khas Bali dan Ubud. Puas menikmati pemandangan tadi, maka sampailah kita di salah satu
penginapan yang banyak terdapat di
Ubud.
Letaknya di dekat persawahan menjadi ciri khas dari Puri Bayu,
begitu nama penginapan tersebut. Puri Bayu dengan suasana
kampungnya, terasa kontras dengan kehadiran puluhan toko dan galeri
yang cenderung meriah dan ramai.
Penginapan ini memiliki tiga buah
vila
berlantai dua dengan kamar antara tiga hingga empat kamar
untuk tiap vila. Sebenarnya ada beberapa penginapan yang
berada di sekitar persawahan desa Campuhan ini, namun Puri
Bayu sedikit berbeda.
Begitu kita memasuki Puri Bayu, maka suasana back to nature akan
segera menyergap kita. Halaman depan vila yang langsung menghadap
persawahan hanya dibatasi oleh pematang sawah.
Sebuah sungai kecil berair jernih mengalir persis di beranda lantai
satu menjadi kelebihan tempat ini. Ciri khas Bali pun tampak
pada bangunan kecil untuk persembahyangan yang terletak di
sudut tiap vila.
Paduan gaya arsitektur tradisional setempat dan modern kental terasa
di tempat ini. Lukisan pemandangan alam ditambah furniture
kayu era tahun 30-an menjadi pelengkap penginapan ini.
Melongok ke lantai dua kita hanya akan menjumpai satu buah
kamar besar dengan beranda yang juga menghadap ke sawah.
Lantai kayu di lantai dua kamar ini digunakan mengingat
daerah Ubud merupakan daerah yang sejuk seperti halnya
Puncak di Jawa Barat.
Uniknya kamar mandi di lantai dua yang menyatu dengan kamar ini
bernuansa open air alias tanpa penutup atap dengan dinding bata
merah yang tidak berplester, dilengkapi tanaman hias dan
rindangnya pohon kelapa yang ditanam di samping penginapan
menjadi pengganti atap kamar mandi. Nuansa bata merah yang
diperhalus dan tanpa plester semen di semua sudut inilah
yang menghiasi bangunan vila.
Jangan khawatir diintip orang selagi kita mandi. Selain tempat ini
jauh dari keramaian, tujuh ekor anjing ras Bali yang terkenal
galak menjadi penjaga penginapan ini. Jadi Anda bisa
leluasa mandi tanpa diintip sambil menikmati semilir
sejuknya angin yang masuk ke kamar mandi ini sambil
berendam di dinginnya air.
Tanpa terasa sore pun menjelang. Ternyata penginapan ini juga
menghadap ke arah matahari terbenam, Semburat warna merah di langit
barat pertanda mentari akan masuk ke peraduan yang menjadi
latar belakang pemandangan persawahan tak urung mengundang
antusias turis-turis mancanegara yang juga menginap di Puri
Bayu.
Mereka berebut mengabadikan peristiwa yang hanya berlangsung dalam
hitungan menit ini dengan kamera masing-masing. Berkali-kali
kilatan lampu mengiringi mentari kembali ke peraduannya.
Tiba-tiba saja langit yang menjelang gelap menjadi bertambah gelap
dengan melintasnya ratusan burung dari berbagai jenis ke
sarangnya tak jauh dari Puri Bayu. Sungguh suatu
permandangan yang elok.
Suasana malam adalah suasana yang paling ditunggu bila kita menginap
di tempat ini. Konser musik alam mungkin adalah kalimat yang
paling cocok untuk melukiskan riuhnya suasana malam dengan
tingkah suara binatang-binatang yang hanya hidup di malam
hari.
Teriakan si kodok dan jangkrik yang saling bersahutan diselingi
gemericik air yang mengalir dari sungai kecil di depan vila menjadi
hiburan tersendiri.
Belum lengkap rasanya tanpa kehadiran si kunang-kunang yang malam
itu muncul dari persawahan dalam jumlah besar seolah menggenapi
kemeriahan kecil yang sedang berlangsung.
Lamat-lamat di kejauhan terdengar dentuman musik yang berasal dari
kafe-kafe di sepanjang jalan raya Ubud, tidak jauh dari Puri
Bayu. Menurut penuturan Wayan, karyawan penginapan, tidak
sedikit turis mancanegara yang minta disediakan lampu
teplok di setiap kamarnya, meskipun penginapan ini dialiri
listrik. Permintaan itu akan semakin bertambah, misalnya
tidak boleh ada suara radio dan teve. Suasana temaram
dengan lampu teplok ini diyakini para turis tadi mampu
menambah romantisme yang sudah terbangun dengan kehadiran konser
alam.
Wayan berkisah bahwa ada satu pengunjung tetap penginapannya yang
berasal dari Jepang. Si Jepang yang di negaranya berprofesi
sebagai pialang saham ini mempunyai kebiasaan unik, yaitu
singgah seorang diri hanya untuk mendengarkan konser alam
ini semalaman suntuk lengkap dengan kehadiran lampu teplok,
meskipun untuk itu ia harus rela membayar sewa satu vila
yang berkamar tiga yang perkamarnya bertarif US$ 115
semalam, untuk kemudian keesokan harinya kembali ke negara
asalnya.
Malam semakin larut, dan konser alam tetap berlangsung sembari
sesekali ditingkahi lolongan anjing di kejauhan. Dari arah
persawahan sesekali terdengar teriakan riang beberapa turis bule
yang mencoba menangkap kunang-kunang ditemani karyawan
penginapan. Kesejukan udara malam yang menusuk tulang
sangat terasa di lantai dua tempat saya berada. Kantuk pun
mulai menyerang manakala waktu menunjuk pukul 01.00 dini
hari. Jendela besar kamar sengaja tidak ditutup seluruhnya
supaya udara malam tetap bisa saya rasakan masuk ke dalam
kamar.
Kicauan pagi hari dari burung-bürung kecil yang masuk ke beranda
kamar di lantai dua Puri Bayu membangunkan saya dari tidur. Tiga
ekor perkutut besar tampak bertengger dengan tenangnya di
sebuah dahan pohon tepat di depan kamar saya.
Mereka seolah tidak takut akan diganggu atau ditangkap. Bila saja
perkutut-perkutut ini berada di Jakarta, pastilah mereka sudah
meringkuk di sarang para pemburunya! Menurut Wayan yang pagi
itu mengantarkan sarapan pagi, para pemuka adat di Ubud
sudah bersepakat untuk melindungi hewan-hewan seperti
burung perkutut ini.
Hukum adat akan segera berlaku untuk mereka yang menangkap dan
memelihara jenis burung yang suaranya bagus ini. Pantas saja daerah
Ubud juga dikenal sebagai surga bagi berbagai jenis burung.
Pemandangan sawah di pagi hari tampak indah. Meski diselimuti kabut
tipis, beberapa petani sudah terlihat bekerja menemani padi
yang masih berusia muda. Lagi-lagi Wayan bercerita, bahwa
penginapannya pernah kedatangan satu keluarga dari Negeri
Paman Sam yang sengaja menginap hanya untuk mengetahui
siklus satu musim padi sejak mulai padi ditanam hingga
panen!
Wayan juga
menawarkan wisata lari pagi melintasi
pematang sawah yang luas hingga menuju tepian Sungai
Campuhan yang berjarak tiga ratus meter dari penginapan,
sambil menangkap belut yang bersembunyi di lumpur
persawahan.
Saat ini sudah banyak penginapan yang mengambil konsep seperti yang
ada di Puri Bayu, meskipun untuk itu para pemilik penginapan
tidak berani membeli tanah sawah sebab hamparan sawah yang
menjadi pernandangan yang dijual oleh Puri Bayu, hingga
saat ini masih dimiliki oleh satu keturunan raja di daerah
Ubud tersebut.
Di balik itu semua
perjalanan wisata ke daerah eksotik
seperti Ubud dengan desa Campuhannya dan hamparan hijau
sawah yang luas membentang, bisa menjadi pengalaman baru
bagi Anda yang selama ini terbiasa melakukan perjalanan
wisata ke daerah-daerah pantai bahkan ke luar negeri.
Wisata di alam persawahan seperti persawahan Campuhan dengan Puri
Bayunya juga layak dipertimbangkan dalam daftar tempat honeymoon
bagi pengantin baru. Selamat berlibur!
Mau mencobanya silahkan
klik disini